Oleh: M. Armand Zurhaar
![]() |
Maroho Ada, Manimpu Ngata |
Desa Toro memiliki cerita sejarah yang mistik. Diceritakan bahwa masyarakat asli Toro adalah korban penyerangan makhluk halus yang berhasil melarikan diri. Konon masyarakat asli Toro sebelumnya tinggal di suatu daerah yang bernama Malino.
Cerita Rakyat: Sejarah Desa Toro
Alkisah pada musim panen dahulu kala, anak-anak desa Malino suka bermain gasing-gasingan bersama tiap sore hari. Mereka bermain setelah bekerja membantu orang tua di kebun.Suatu ketika di tengah keramaian anak-anak desa, datanglah seorang anak yang aneh. Mereka tidak menyadari kalau anak aneh itu adalah anak makhluk halus dari negeri Bunian. Anak aneh itu tidak menggunakan gasing dari kayu seperti yang lainnya. Gasingnya terbuat dari emas.
Anak-anak desa pun heran, mereka tidak mengetahui dari mana asal anak aneh itu. Mereka juga tidak mengetahui kemana perginya ketika selesai bermain. Kejadian ini anak-anak desa perhatikan beberapa hari. Anak aneh itu datang dan pergi secara tiba-tiba.
Setelah berhari-hari, anak-anak desa berani untuk menceritakan kejadian itu kepada orang tua mereka. Para orang tua pun ingin membuktikan perkataan anak-anaknya. Sehingga pada suatu ketika, para orang tua mengikuti anak-anaknya saat bermain gasing.
Saat menyaksikan ramainya permainan, para orang tua pun juga melihat anak aneh itu. Hal ini membuat para orang tua percaya akan cerita anak-anak mereka.
Kemudian, dari mulut ke mulut cerita tentang anak aneh itu tersebar ke seluruh masyarakat. Cerita ini membuat heboh masyarakat Malino. Oleh karena itu, masyarakat Malino pun mengadakan musyawarah besar. Musyawarah tersebut berakhir dengan keputusan untuk membunuh anak aneh itu dan mengambil gasing emasnya.
Ketika sore hari berikutnya anak aneh itu datang kembali untuk bermain gasing bersama anak-anak desa. Ternyata keputusan musyawarah tersebut benar-benar dilaksanakan oleh masyarakat Malino. Seketika para orang tua menangkap anak aneh itu dan merampas gasing emasnya. Setelah ditangkap, tanpa ampun anak aneh itu mereka bunuh.
Masih pada hari yang sama, saat menjelang matahari sore terbenam makhluk halus dari negeri bunian tidak lain yaitu orang tua anak aneh itu datang ke Malino. Mereka mendapati anaknya sudah tak bernyawa. Sehingga para makhluk halus itu pun sangat murka terhadap masyarakat malino.
Sesaat kemudian datanglah tangan-tangan terbang yang bersenjatakan parang menuju kerumunan masyarakat Malino. Ternyata tangan-tangan terbang itu adalah para makhluk halus yang hanya menampakkan tangan dan senjatanya. Para makhluk halus itu menuntut balas atas pembunuhan yang dilakukan masyarakat Malino terhadap seorang anak dari bangsa mereka. Maka terjadilah pertumpahan darah besar-besaran.
Hampir seluruh masyarakat Malino menjadi korban balas dendam makhluk halus tersebut. Di tengah-tengah berjatuhnya korban ada beberapa orang dari masyarakat Malino berhasil melarikan diri. Walau bagai telur yang telah diujung tanduk, namun mereka pun selamat dari maut.
Masyarakat Malino yang berhasil melarikan diri terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok lari ke arah Timur, dan kelompok lainnya lari ke arah Barat. Desa Malino pun menjadi desa mati yang mengerikan.
Kedua kelompok yang telah berhasil menyelamatkan diri pun terpisah semakin jauh. Masing-masing kelompok melakukan perjalanan yang sangat panjang. Tinggal berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dan mengalami berbagai macam peristiwa.
Bertahun-tahun lamanya, regenerasi telah terjadi. Kedua kelompok yang selamat telah memiliki anak dan cucu. Setelah hidup berpindah-pindah, keturunan orang Malino yang lari ke arah Timur menemukan suatu lembah yang mereka jadikan tempat untuk tinggal menetap. Lembah itu dikelilingi bukit dan dialiri oleh sungai.
Begitu pula keturunan orang Malino yang lari ke arah Barat, mereka juga memutuskan untuk menetap di suatu tempat. Tak disangka-sangka tempat menetap mereka hanya berseberangan sungai dengan tempat menetap keturunan orang Malino yang lari ke arah Timur. Kedua kelompok ini masih tidak saling mengatahui satu sama lain karena rentang waktu yang sangat panjang.
Pada suatu ketika, kedua kelompok ini saling bertemu. Keduanya bertemu saat berburu hewan di hutan. Keduanya berkenalan satu sama lain. Sambil menunggu hewan buruan mereka bercerita dan bercanda. Topik cerita mereka pun menjurus tentang silsilah keturunan dan sejarah hidup. Mereka terkejut saat tahu mereka sama-sama keturunan orang Malino.
Karena telah mengetahui keduanya adalah sama-sama keturunan orang Malino, mereka memutuskan untuk bersatu kembali. Mereka menyatukan wilayah kekuasaan tempat tinggal mereka yang hanya berseberangan sungai. Wilayah itu pun mereka namakan Toro atau yang biasanya mereka sebut Ngata Toro.
Toro dalam bahasa kulawi berarti "Sisa", sedangakan Ngata berarti "Kampung". Mereka menamakannya dengan nama tersebut karena ingin mengenang bahwa mereka adalah sisa-sisa orang Malino. Mereka adalah sisa-sisa orang Malino yang bertahan hidup dalam penyerangan makhluk-makhluk halus dahulu kala. Keturunan orang Malino pun hidup menetap di Toro hingga saat ini.
Sekian.
(narasumber oleh, Totua Ngata Toro : TOLAU TARETOTO & RAHMAN PEPULOI)
(tulisan dan gambar oleh, M. ARMAND ZURHAAR | kakarmand.blogspot.com)
Ketika sore hari berikutnya anak aneh itu datang kembali untuk bermain gasing bersama anak-anak desa. Ternyata keputusan musyawarah tersebut benar-benar dilaksanakan oleh masyarakat Malino. Seketika para orang tua menangkap anak aneh itu dan merampas gasing emasnya. Setelah ditangkap, tanpa ampun anak aneh itu mereka bunuh.
Masih pada hari yang sama, saat menjelang matahari sore terbenam makhluk halus dari negeri bunian tidak lain yaitu orang tua anak aneh itu datang ke Malino. Mereka mendapati anaknya sudah tak bernyawa. Sehingga para makhluk halus itu pun sangat murka terhadap masyarakat malino.
Sesaat kemudian datanglah tangan-tangan terbang yang bersenjatakan parang menuju kerumunan masyarakat Malino. Ternyata tangan-tangan terbang itu adalah para makhluk halus yang hanya menampakkan tangan dan senjatanya. Para makhluk halus itu menuntut balas atas pembunuhan yang dilakukan masyarakat Malino terhadap seorang anak dari bangsa mereka. Maka terjadilah pertumpahan darah besar-besaran.
Hampir seluruh masyarakat Malino menjadi korban balas dendam makhluk halus tersebut. Di tengah-tengah berjatuhnya korban ada beberapa orang dari masyarakat Malino berhasil melarikan diri. Walau bagai telur yang telah diujung tanduk, namun mereka pun selamat dari maut.
Masyarakat Malino yang berhasil melarikan diri terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok lari ke arah Timur, dan kelompok lainnya lari ke arah Barat. Desa Malino pun menjadi desa mati yang mengerikan.
Kedua kelompok yang telah berhasil menyelamatkan diri pun terpisah semakin jauh. Masing-masing kelompok melakukan perjalanan yang sangat panjang. Tinggal berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dan mengalami berbagai macam peristiwa.
Bertahun-tahun lamanya, regenerasi telah terjadi. Kedua kelompok yang selamat telah memiliki anak dan cucu. Setelah hidup berpindah-pindah, keturunan orang Malino yang lari ke arah Timur menemukan suatu lembah yang mereka jadikan tempat untuk tinggal menetap. Lembah itu dikelilingi bukit dan dialiri oleh sungai.
Begitu pula keturunan orang Malino yang lari ke arah Barat, mereka juga memutuskan untuk menetap di suatu tempat. Tak disangka-sangka tempat menetap mereka hanya berseberangan sungai dengan tempat menetap keturunan orang Malino yang lari ke arah Timur. Kedua kelompok ini masih tidak saling mengatahui satu sama lain karena rentang waktu yang sangat panjang.
Pada suatu ketika, kedua kelompok ini saling bertemu. Keduanya bertemu saat berburu hewan di hutan. Keduanya berkenalan satu sama lain. Sambil menunggu hewan buruan mereka bercerita dan bercanda. Topik cerita mereka pun menjurus tentang silsilah keturunan dan sejarah hidup. Mereka terkejut saat tahu mereka sama-sama keturunan orang Malino.
Karena telah mengetahui keduanya adalah sama-sama keturunan orang Malino, mereka memutuskan untuk bersatu kembali. Mereka menyatukan wilayah kekuasaan tempat tinggal mereka yang hanya berseberangan sungai. Wilayah itu pun mereka namakan Toro atau yang biasanya mereka sebut Ngata Toro.
Toro dalam bahasa kulawi berarti "Sisa", sedangakan Ngata berarti "Kampung". Mereka menamakannya dengan nama tersebut karena ingin mengenang bahwa mereka adalah sisa-sisa orang Malino. Mereka adalah sisa-sisa orang Malino yang bertahan hidup dalam penyerangan makhluk-makhluk halus dahulu kala. Keturunan orang Malino pun hidup menetap di Toro hingga saat ini.
Sekian.
(narasumber oleh, Totua Ngata Toro : TOLAU TARETOTO & RAHMAN PEPULOI)
(tulisan dan gambar oleh, M. ARMAND ZURHAAR | kakarmand.blogspot.com)